Mencegah Demensia: Menggabungkan Gaya Hidup Sehat dan Harapan Baru dari Penelitian Obat Diabetes
Demensia, istilah umum untuk berbagai gangguan otak seperti penyakit Alzheimer, demensia badan Lewy, dan demensia vaskular, menjadi kekhawatiran global danielbarkermd.com yang meningkat. Menurut Alzheimer’s Disease International, lebih dari 55 juta orang hidup dengan demensia pada tahun 2020, dan angka ini diproyeksikan melonjak menjadi 78 juta pada tahun 2030. Sayangnya, hingga saat ini belum ada obat yang mampu menyembuhkan demensia.
Faktor Risiko yang Dapat Diubah: Kunci Pencegahan
Meskipun beberapa faktor risiko demensia, seperti usia dan genetika, tidak dapat diubah, para ahli telah mengidentifikasi banyak faktor gaya hidup yang dapat dimodifikasi. Ini menjadi kunci penting dalam strategi pencegahan.
Profesor Rong Xu, Direktur Pusat AI dalam Penemuan Obat di Case Western Reserve University, menjelaskan bahwa sekitar 50% kasus demensia sebenarnya dapat dicegah dengan menargetkan 14 faktor risiko yang dapat dimodifikasi. “Setiap faktor risiko berkontribusi 1%-7% terhadap risiko demensia secara keseluruhan,” kata Xu. “Oleh karena itu, kita memerlukan strategi pencegahan yang dapat menargetkan beberapa faktor risiko demensia secara bersamaan.”
Beberapa langkah gaya hidup yang terbukti membantu mencegah demensia meliputi:
- Menjalankan pola makan sehat: Seperti pola makan Mediterranean-DASH Intervention for Neurodegenerative Delay (MIND).
- Menjadi lebih aktif secara fisik: Olahraga teratur dapat mendukung kesehatan otak.
- Tetap terlibat secara sosial: Interaksi sosial dapat menjaga ketajaman kognitif.
- Menurunkan risiko diabetes tipe 2: Diabetes merupakan faktor risiko signifikan untuk demensia.
Terobosan dalam Pengobatan Diabetes: Harapan untuk Demensia?
Menariknya, penelitian terbaru menunjukkan potensi baru dalam penanganan demensia melalui pengobatan diabetes. Semaglutide, bahan aktif dalam obat GLP-1 Ozempic dan Wegovy (yang terutama digunakan untuk diabetes tipe 2 dan penurunan berat badan), menunjukkan hasil yang menjanjikan. Studi awal menunjukkan bahwa penggunaan semaglutide dapat membantu mencegah demensia, terutama bagi individu yang berisiko.
“Bagi mereka yang khawatir tentang demensia, informasi ini dapat menjadi panduan dalam mengambil keputusan yang tepat dalam memilih obat anti-diabetes untuk mengelola diabetes sekaligus mengurangi perkembangan demensia,” jelas Xu.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor Xu berencana untuk melanjutkan studi ini dengan memeriksa apakah tirzepatide—bahan aktif dalam pengobatan GLP-1 Zepbound dan Mounjaro—atau GLP-1 generasi baru lainnya memiliki efek yang serupa atau lebih kuat pada demensia. Mereka juga akan memantau efek samping jangka panjang dari obat-obatan ini.
Tantangan dan Langkah Selanjutnya
Meskipun potensi ini menarik, masih banyak yang perlu dilakukan. Xu menekankan perlunya studi praklinis dan klinis lebih lanjut untuk memahami mekanisme kerja obat-obatan ini dan menetapkan efek kausal melalui uji coba acak.
Selain itu, analisis ekonomi dan kebijakan juga diperlukan untuk mengkaji efektivitas biaya dari pengintegrasian strategi pencegahan berbasis farmakoterapi seperti semaglutide, dengan pendekatan berbasis perilaku yang sudah ada seperti olahraga dan diet. Tujuannya adalah untuk mencapai manfaat substansial dalam menjaga fungsi kognitif dan mencegah demensia secara keseluruhan.
Dengan terus menggabungkan pemahaman tentang faktor risiko gaya hidup dan eksplorasi inovasi farmakologis, kita dapat membangun strategi yang lebih komprehensif dan efektif dalam menghadapi tantangan demensia di masa depan.